Today's Note

Tuangkan Isi Hatimu, Pikiranmu, Benakmu, Keinginanmu, Kenanganmu Dalam Tulisan, Karena S'mua Itu Tidak Bisa Kembali Lagi Untuk Kedua Kali.....

Senin, 17 November 2008

PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI DI KABUPATEN TUBAN “Kawasan Industri Kerek”

Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input); dan permintaan luar (outside demand).
Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane). Weber menggunakan segitiga dalam lokasi yang optimal adalah selalu berada.


Angka di atas memperlihatkan persoalan meminimalkan biaya transportasi. Mengingat produk dari w (M) ton yang akan ditawarkan di pasar F, w (S1) dan w (S2) ton bahan-bahan yang berasal dari masing-masing S1 dan S2 yang diperlukan. Masalahnya berada dalam mencari lokasi pabrik yang optimal P terletak di masing-masing jarak d (M), d (S1) dan d (S2). Beberapa metodologi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti menggambar sebuah analogi ke sistem dan bobot pulleys (Varignon's solusi) atau menggunakan trigonometri. Cara lain pilihan antara geographers, terutama dengan SIG, adalah dengan menggunakan biaya yang overlayed permukaan.
Weber menjelaskan teori lokasi baik lokasi industri berat, terutama dari revolusi industri hingga pertengahan abad kedua puluh. Kegiatan yang memiliki tingkat tinggi menggunakan bahan baku cenderung untuk mencari sumber pasokan dekat, seperti pabrik alumunium locating dekat sumber energi (listrik) atau port situs. Kegiatan menggunakan bahan baku di mana-mana, seperti air, cenderung dekat dengan lokasi pasar. Untuk menilai masalah ini, Weber mengembangkan bahan indeks yang cukup berat dari masukan dibagi dengan berat akhir produk. Jika bahan indeks yang lebih besar dari 1, lokasi cenderung ke arah bahan sumber. Jika kurang dari 1 , Lokasi cenderung ke arah pasar.

Perkembangan Suatu Kawasan Industri
Suatu kawasan (region) berkembang secara menyebar, berasal dari satu titik (pusat kota).Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan terutama perkembangan dalam sektor industri akan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya, maka dalam hal ini perkembangan kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota disekitarnya. Perkembangan suatu kawasan (region) yang akan diikuti perkembangan kawasan lain di sekitarnya sangat dipengaruhi oleh peran dari transportasi. Transportasi sangat penting peranannya bagi suatu daerah. karena menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Kegiatan ekonomi masyarakat ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana dan sarana transportasi yang baik untuk aksesibilitas. Aksesibilitas ini dapat memacu proses interasi antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan pembangunan. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan lokasi pemasaran maka Total Cost-nya juga semakin kecil. Inilah alasan adanya aglomerasi, yaitu pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. Ini bertujuan untuk meminimumkan biaya.
Perkembangan suatu kawasan industri memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, memudahkan dalam hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik –pabrik dalam melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan dan lebih murah sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama – sama. Ini akan membuka lapangan pekerjaan baru, yang akan membuka lapangan pekerjaan baru di pabrik yang dapat menyerap ribuan buruh / tenaga kerja. Sehingga pendapatan masyarakat dapat menjadi meningkat yang disertai juga dengan peningkatan SDM-nya.
Perkembangan suatu industri biasanya terjadi secara mengelompok, ini disebabkan oleh faktor sumberdaya, aglomerasi juga berperan didalamnya, usaha-usaha yang sejenis akan dikelompokkan, itu terjadi pada berbagai macam industri, hasilnya seperti ada batas antar tiap jenis industri di suatu kawasan. Sehingga akan mempermudah dalam proses produksi hingga pendistribusian.


Keadaan Umum Kabupaten Tuban
Kabupaten Tuban terletak pada 111,30’-112,35’ Bujur Timur dan 6,40’-7,18’ Lintang Selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan dengan Kabupaten Bojonegoro, sebelah timur dengan Kabupaten Lamongan, dan sebelah barat dengan Propinsi Jawa Tengah.
Luas wilayah daratan Kabupaten Tuban adalah 1.839,94 km2 dengan panjang pantai 65 km dan luas wilayah lautan sebesar 22.608 km2. Luas wilayah 1.839,94 km2 terbagi dalam 19 kecamatan, 311 desa, dan 17 kelurahan. Berdasarkan data tahun 2004 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki 535.655 orang dan penduduk perempuan berjumlah 548.728 jiwa atau secara keseluruhan mencapai 1.084.383 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 589 orang untuk setiap 1 km2.
Potensi ekonomi yang telah berkembang di Kabupaten Tuban antara lain : tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kayu pertukangan dan kayu bakar, industri pengolahan besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan rumah tangga, perdagangan, hotel, dan restoran, serta hasil tambang, seperti pasir kwarsa, tanah liat, batu kapur, dan batu dolomite. Beberapa obyek pariwisata yang cukup terkenal diantaranya : Makam Sunan Bonang, Goa Akbar ,Klenteng Kwan Sin Bio, sentra industri Batik Gedog, dan lain-lain.

Perkembangan Industrialisasi Kabupaten Tuban
Industrialisasi merupakan proses merubah masyarakat dari sistem mata pencaharian pertanian ke industri. Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat, kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser. Hal itu nampaknya dialami juga oleh masyarakat Tuban. Perkembangan industri di Tuban mempunyai dua pola. Pertama industri secara “alami” sebagai rangkaian dari kemudahan transportasi jalur pantura, biasanya berskala menengah dan skala kecil. Pola Kedua adalah industri dalam skala besar, seperti industri semen. Dari data PDRB Kabupaten Tuban, pada periode 1998-2001, PDRB Kabupaten Tuban masih didominasi sektor pertanian, industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Meski sektor pertanian masih berada di top rank, namun tampak terjadi pergeseran struktur perekonomian, yaitu dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (pertambangan, industri, gas, listrik, dan air bersih) dan ke sektor tersier (perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa). Artinya, laju pertumbuhan sektor sekunder dan tersier lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pertanian.
Tuban memang kaya akan sumberdaya, dari kekayaan laut, minyak bumi,bahan tambang dan sebagainya. Ini menyebabkan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Tuban. Beberapa tahun lagi mungkin Tuban akan semakin berkembang, ini dikarenakan akan ada pabrik besar yang akan mendirikan pabrik sebagai contoh Petrokimia dan juga pembuatan saluran gas dan minyak dari Cepu ke Tuban oleh Pertamina.

Industrialisasi di Kawasan Industri Kerek
Kawasan industri di Tuban terbentang di hampir seluruh Kecamatan. Salah satu Kecamatan yang menonjol adalah Kecamatan Kerek yang berbatasan dengan Kecamatan Tambakboyo di sebelah utara dan barat, Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Montong di sebelah selatan, serta Kecamatan Merakurak di sebelah timur. Kecamatan ini memiliki berbagai jenis industri yang sejak dahulu menjadi “icon” dari Kecamatan itu sendiri, bahkan sebagai “icon” Kabupaten tuban.
Pada awalnya batik tulis tradisional ini hanya dikenal didalam suatu wilayah kecamatan bernama kerek, khususnya didesa Margirejo, desa Gaji, desa Kedongrejo dan desa Karanglo. Karena memang di kecamatan kerek inilah pertama kali orang mulai memintal benang dan menenun kain. Dalam perkembangannya desa-desa lain yang kemudian juga ikut menghasilkan batik tulis tradisional ini antara lain desa karang, desa prunggahan kulon kecamatan semanding dan desa Sumurgung Kecamatan Tuban.
Sekarang ini, terdapat beberapa industri besar di Kecamatan ini, Industri semen, seperti PT Semen Gresik, PT Holcim yang mendirikan pabrik di sini, dan industri batik yang terkenal dengan sebutan Batik Gedog.

Aplikasi Teori Lokasi pada Industri di Kecamatan Kerek
Menurut teori, suatu industri akan lebih efisien jika dibuat mengelompok (aglomerasi), ini akan sangat memudahkan dan menguntungkan bagi produsen, karena akan meminimalkan biaya.
Di Kecamatan Kerek, terbukti teori tersebut benar. Terdapat aglomerasi pada industri batik. Sementara bagi industri berat seperti industri semen teori tersebut juga terbukti, berdasarkan teori segitiga Weber, seorang produsen akan menentukan letak pabriknya agar mendapatkan lokasi yang optimum. Pada industri semen, tentunya biaya mengangkut bahan baku semen akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya mengangkut semen jadi dalam kemasan. Ini sebagai alasan beberapa perusahaan semen tersebut mendirikan pabrik di Kecamatan Kerek, karena dekat dengan bahan baku sehingga biaya pengangkutan bahan baku yang berupa batu-batuan tersebut bisa ditekan, dan biaya pengangkutan semen jadi ke lokasi pendistribusian di Gresik yang tidak terlampau jauh bari Tuban tidak akan lebih tinggi. Jadi, biaya pengangkutan bahan baku ke pabrik dan biaya pengangkutan barang jadi ke pasar harus sama. Lokasi pabrik berada diantara lokasi sumber bahan baku dengan pasar.

(paper ujian tengah semester matkul Ekonomi regional)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal ! tulisannya bagus !
btw, tinggal dimana ? tuban mana ?

Anonim mengatakan...

Tuban mnuju kota industri...