Today's Note

Tuangkan Isi Hatimu, Pikiranmu, Benakmu, Keinginanmu, Kenanganmu Dalam Tulisan, Karena S'mua Itu Tidak Bisa Kembali Lagi Untuk Kedua Kali.....

Minggu, 25 Januari 2009

Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2009

Tahun 2009, Stabilitas Politik, Sosial dan Ekonomi Indonesia Dipertaruhkan

Global Crisis, berawal dari krisis di Amerika Serikat, banyak yang tidak pernah menyangka negara adidaya itu kini mangalami resesi, bahkan resesi Amerika ini kini menimbulkan masalah bagi hampir semua negara di dunia ini dan dampaknya yang kian meluas, termasuk Indonesia, pelan tapi pasti efek dari krisis ini menggerogoti stabilitas perekonomian dalam negeri. Mulai dari sektor financial yang beberapa waktu lalu dibuat heboh, kebijakan BI untuk menaikkan tingkat suku bunga memang baik, agar masyarakat terdorong untuk menyimpan uang mereka di Bank, sehingga perilaku konsumtif masyarakat Indonesia tidak semakin tinggi yang akan mengakibatkan inflasi dan turunnya nilai riil rupiah, inflasi itu sendiri adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. dampak krisis keuangan global akan menghantam sektor riil. Semua negara memang mengalami pelambatan, namun ada perbedaan perlakuan. Indonesia tidak mengalami deflasi seperti AS, namun inflasi. Kemudian, karena tidak perlu melemahkan nilai tukar untuk memicu pertumbuhan ekonomi, maka Indonesia pun bisa menerapkan suku bunga di level tinggi. Itu karena sistem perekonomian dan kondisi tiap Negara berbeda-beda.
Kebijakan di sektor riil sangat penting pada second round dari krisis keuangan global saat ini. Krisis global telah memukul sektor keuangan yaitu lembaga keuangan, pasar saham, dan nilai tukar. Krisis global mangakibatkan perbankan mengalami kekurangan likuiditas dan pasar modal mengalami koreksi sangat tajam. Jika bank tidak memberikan kredit pada para pelaku usaha, maka akan banyak perusahaan yang tidak dapat bergerak sehingga perekonomian juga tidak bergerak. Pasar modal yang tidak bergerak, akan menimbulkan masalah pada perekonomian, karena pasar modal menyediakan sekitar 25 persen kebutuhan modal suatu perekonomian. Kondisi perbankan dan pasar modal yang tidak sehat akan berdampak kepada sektor riil. Sektor riil bisa terkena dua dampak yang tidak menguntungkan, yaitu sektor keuangan tidak mau memberikan modal kepada sektor riil dan barang produksi tidak bisa dijual atau dijual dengan harga murah karena daya beli masyarakat yang turun. Sehingga pada jangka panjang kebijakan menaikkan tingkat suku bunga atau BI rate tersebut akan memukul sektor riil, seperti yang terjadi sekarang, selain karena menurunnya ekspor Indonesia secara drastis akibat krisis yang juga dialami oleh negara-negara tujuan ekspor yang mengakibatkan penurunan demand atas barang impor, tingginya tingkat suku bunga pinjaman dirasa sangat memberatkan para pelaku industri. Pada keadaan inflasi, harga barang akan meningkat secara agregat, begitu juga dengan harga bahan baku industri yang tidak semua dapat diperoleh di dalam negeri.
Meningkatnya harga bahan baku untuk industri tersebut serta sulitnya memperoleh bahan baku impor karena dampak krisis global ini akan mengurangi produktivitas perindustrian dalam negeri. Karena tingginya bunga kredit pinjaman juga akan makin mencekik pelaku usaha, pada jangka panjang hanya ada dua pilihan bagi mereka, mengurangi jumlah pekerja atau menurunkan upah para pekerja secara keseluruhan untuk dapat bertahan dalam keadaan krisis seperti sekarang ini.
Inflasi yang tinggi dan tidak stabil juga memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Inflasi yang tinggi mengakibatkan penurunan pada pendapatan riil masyarakat sehingga standar hidup masyarakat juga akan turun. Yang selanjutnya akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Yaitu dalam mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah. Pada dasarnya yang mengakibatkan fluktuasi pada nilai tukar rupiah adalah permintaan dan penawaran atas rupiah itu sendiri, yang menentukan kuat atau tidaknya rupiah juga permintaan dan penawaran atas rupiah. Nilai Rupiah terhadap dolar Amerika telah turun secara drastis dalam beberapa minggu terakhir, sehingga ada resiko pelarian modal dari investor domestik, yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan pendanaan karena cadangan valuta asing menipis.
Diperkirakan dengan adanya Pemilu pada sekitar bulan April, para politisi yang berkepentingan dalam pemilu kemungkinan besar akan membelanjakan dolar mereka dalam jumlah besar untuk proses kampanye, ini tidak hanya berpengaruh terhadap inflasi dalam negeri, tetapi juga terhadap nilai tukar rupiah, jika permintaan rupiah bertambah terhadap dolar, maka rupiah akan perlahan bergerak ke level yang lebih kuat. Inflasi akan berada di level 5%-7%. Kemungkinan, kurs rupiah tahun depan akan berada di sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 11.000, setelah krisis yang sekarang masih berlangsung rupiah akan bergerak menentukan keseimbangan baru. Jika berada diatas Rp. 11.000 berarti terjadi undervalued, sebaliknya jika di bawah Rp. 10.000 berarti overvalued. BI rate akan turun sekitar 8% pada tahun depan seiring dengan stabilisasi rupiah.
Pada dasarnya, pertumbuhan suatu negara dipengaruhi empat faktor, yaitu ekspor, impor, konsumsi, dan investasi. Untuk memicu konsumsi dan kredit investasi, dibutuhkan suku bunga rendah. Sedangkan unutk memacu ekspor, nilai tukar harus ditekan agar tidak terlalu kuat terhadap mata uang lain. Jadi, peningkatan ekspor berbanding terbalik dengan nilai tukar rupiah. Namun, pada kondisi seperti sekarang ini, di mana pasar ekspor turun secara drastis, teori tersebut tidak berlaku.
Diprediksikan stabilitas politik, social dan ekonomi Indonesia akan mengalami guncangan seperti tahun 1998-1999, akibat krisis global yang sekarang dampaknya makin meluas pada berbagai sektor di dalam negeri. Ancaman gelombang PHK besar-besaran pada tahun 2009 sudah di depan mata. Hal ini sangat meresahkan para buruh , beberapa pekan ini dapat dilihat di media cetak dan elektronik demo buruh yang menolak adanya pemotongan upah ataupun adanya PHK pada tahun depan. Ini dikarenakan sektor riil tak bergerak, yang akan berimplikasi pada suplai barang/jasa yang anjlok dan kemungkinan adanya PHK. Sehubungan dengan adanya pemilu tahun depan, kinerja pemerintahan yang sekarang akan sangat disorot oleh berbagai kalangan mayarakat. Ada satu pertanyaan yang entah dapat dijawab dan diatasi oleh pemerintahan yang sekarang berjalan, apakah di sisa jabatan mereka bisa memberikan harapan pertumbuhan Indonesia yang lebih baik??. Tentunya itu adalah tanggung jawab dari seluruh masyarakat Indonesia, cinta rupiah dan produk dalam negeri, mungkin itu akan mendorong pemulihan perekonomian dalam negeri. Pemerintah juga harus berupaya keras untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat bahwa krisis yang dialami Indonesia masih bias diatasi.
Sementara itu, alangkah baiknya jika pembangunan infrastruktur semakin ditingkatkan, agar pertumbuhan ekonomi di dalam negeri lancar, paling tidak tidak semakin buruk atas terjadinya krisis global ini.

Selasa, 20 Januari 2009

my campus



let's take a look for my campus
it's quite crowded now, there are less trees...
i really don't like it!!!!

about ME